PILIHAN HATI (TAK) SELALU BERARTI
Judul Buku : SEGITIGA; Setiap Sudut Punya Cerita
Penulis : Dian Nafi dan Nessa Kartika
Penerbit :
Hasfa Publishing
Cetakan :
Pertama, Juli 2012
Halaman :
vi + 120
Ukuran buku : 11 x 18 cm
Harga :
-
ISBN :
978-602-225-073-9
Segitiga, sebuah bangun datar dengan tiga
sudut. Besar sudutnya tidak selalu sama. Seperti halnya Segitiga yang ditulis
oleh Dian Nafi dan Nessa Kartika ini, setiap sudut punya cerita yang berbeda.
Awal sebelum membaca buku ini,
mungkin yang terpikir dibenak pembaca adalah sebuah cinta segitiga. Tapi, yang
pembaca dapati adalah sesuatu hal yang berbeda. Bukan cinta segitiga biasa.
Penulis menggambarkan cinta segitiga
yang berkolaborasi dengan dunia politik, LSM, serta murni sebuah ketulusan.
Berawal dari pertemuan Ning (Sekar Wahyuningsih) dengan Faisal (Fasial Bahri)
yang, saking kedekatan diantara keduanya, timbullah rasa cinta di hati Ning. Sebab,
terjadi kekosongan kasih sayang di diri Ning, karena jarak dengan kekasih
hatinya, Ryan.
Namun, kedekatan Ning dengan Faisal,
menyebabkan kecemburuan luar biasa oleh seorang laki-laki yang bernama
Pamungkas, seorang Politikus. Dikabarkan bahwa Pamungkas, seorang Gay.
Pamungkas diam-diam menyukai Faisal, dan dalam hal ini Faisal sadar. Namun,
Faisal hanya diam.
Segitiga adalah novel Duet,
kolaborasi antara Dian Nafi dan Nessa Kartika yang notabene-nya berbeda usia,
bisa dikatakan beda jaman, namun dalam penggunaan bahasa, karakter tulisan
serta pemilihan diksinya, hampir tidak dapat dibedakan. Dan begitu menarik,
semakin membuat pembaca untuk terus menikmati setiap kata dan kalimatnya.
Konflik yang di buat penulis tidak
hanya sekedar cinta segitiga antara Ning, Ryan dan Faisal. Yang akhirnya Ning
lebih memilih bubaran dengan Ryan, karena perubahan yang terjadi pada diri
Ryan. Serta karena cinta pura-pura Ning terhadap Faisal menuai kegelisahan, akhirnya
menjadi cinta yang serius. Namun, persaingan sengit antara LSM yang direkturnya
adalah Faisal, dengan sindikat penggelapan kayu Pinus di Kaliurang, yang
disinyalir digembongi oleh Denmas Haryo dan Pamungkas. Penulis berusaha
menggambarkan kebusukan birokratif di negara ini.
Kemunculan berita di surat kabar,
mengakhiri sebuah penjalanan karir seorang Faisal Bahri, yang digambarkan oleh
penulis dengan teka-teki. Dan Kekosongan hati seorang Sekar Wahyuningsih yang
tak pernah ia dapatkan.
Ning, Jaraklah yang mempertemukan kita. Bukan memisahkan. Bila tak ada
jarak, tiadalah kita. Dalam jarak, rindu tumbuh dan tak pernah jemu untuk
bertemu. Dan bertamu pada setiap jejak jarak. Maka pertemuan adalah mewujudkan
jarak dalam bentuk sempurna, bukan meniadakan. (Penggalan Surat dari Ryan, Hal
:93)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar